DINASTI KEDIRI / PANJALU
Dinasti Kediri merupakan
sebuah Kerajaan besar di Jawa Timur yang berdiri pada abad ke-12 dan masih merupakan
bagian dari Kerajaan Mataram Kuno, karena Kerajaan ini lahir atas pembagian Kerajaan
Mataram oleh Raja Airlangga menjadi 2 Kerajaan baru pada tahun 1401.
Pembagian oleh Raja Airlangga itu dilakukan untuk
mencegah ataupun menghindari terjadinya perselisihan diantara kedua putranya
yang bersaing memperebutkan takhta dan sama-sama berambisi menjadi Raja. Dua Kerajaan
yang dibagi oleh Raja Airlangga adalah Dinasti Kediri/ Panjalu yang beribukota
di Daha dan Dinasti Jenggala yang beribukota di Kahuripan.
Batas antar dinasti Kediri dan
Jenggala ada 2 versi
:
-
Versi I,
batasnya Gunung Kawi dan Sungai Berantas
1. Bagian barat merupakan bagian dari Kerajaan Kediri
(untuk Samarawijaya)
2. Bagian timur merupakan bagian dari Kerajaan
Jenggala (untuk Mapanji Garasakan)
-
Versi II,
batasnya Kali Lamong
1. Sebelah selatan kali menjadi bagian Kerajaan Kediri
2. Sebelah utara kali menjadi bagian Kerajaan Jenggala
SEJARAH SINGKAT DINASTI KEDIRI
Dinasti Kediri/ Panjalu diberikan Airlangga kepada putranya yang kedua,
Sri Samarawijaya keturunan Dharmawangsa Teguh, sebagai pewaris Kerajaan yang
mendapat ibukota lama yang berpusat di kota Dahanapura/ Daha yang berarti kota
api.
Pada awalnya letak Kerajaan
Kediri berada di Daha yang terletak di pedalaman dan merupakan Kerajaan
agraris. Dalam perkembangannya, ibukota Kerajaan Kediri yang berada di Daha
dipindahkan ke wilayah Kediri. Kerajaan Kediri semakin berkembang. Kemudian pusat
Kerajaannya di tepi sungai berantas, pada masa itu menjadi jalur pelayaran yang
ramai.
Pada masa kejayaannya Kediri berkembang menjadi Kerajaan
maritim yang menguasai perairan timur wilayah Nusantara. Dan pada masa kejayaan
itu wilayah Kerajaan Kediri meliputi seluruh Jawa dan beberapa pulau di
Nusantara, bahkan sampai mengalahkan pengaruh Kerajaan Sriwijaya di Sumatra.
RAJA-RAJA DINASTI KEDIRI
Masa-masa awal Kerajaan Kediri tidak banyak
diketahui. Berdasarkan bukti yang sudah ada, hanya memberitahukan adanya perang
saudara yang terjadi antara kedua Kerajaan sepeninggal Raja Airlangga.
Berdasarkan sumber-sumber sejarah yang ada,
diketahui nama Raja-Raja yang pernah memerintah Kerajaan Kediri, antara lain :
a. SAMARAWIJAYA (1042)
Samarawijaya adalah putra Airlangga. Ia merupakan Raja
pertama sekaligus pendiri Kerajaan Kediri, Samarawijaya tidak diketahui dengan
pasti berlangsung berapa lama masa pemerintahannya. Kemungkinan Raja
Samarawijaya memulai pemerintahannya pada saat pemisahan Kerajaan oleh Airlangga,
yaitu sekitar tahun 1042. Tahun itu merupakan tahun yang sama dengan tahun yang
tertulis di Prasasti Pamwatan.
b. JAYASWARA (1104-1115)
Raja kedua Kerajaan Kediri adalah Sri Jayawarsa,
yang disebut dalam Prasasti Sirah Keting (1104), namun belum dipastikan bahwa ia
pengganti langsung Samarawijaya atau bukan. Ia merupakan Raja yang sangat giat
memajukan sastra sehingga ia dikenal dengan gelar Sastra Prabu (Raja Sastra).
Pada masanya Kresnayana dikarang Mpuh Triguna.
c. BAMESWARA (1115-1135)
Raja ketiga Kerajaan Kediri adalah Sri Bameswara
yang disebut dalam Prasasti Pandegelan I (sekitar 1116/ 1117), Prasasti
Panumbangan (1120), dan Prasasti Tangkilan (1130).
d. JAYABHAYA (1135-1157)
Raja keempat sekaligus Raja terbesar Kerajaan Kediri
adalah Sri Jayabhaya yang disebutkan dalam Prasasti Hantang (1135), Prasasti
Talan (1136), dan Kakawin Bharatayuddha (1157). Jayabhaya merupakan Raja yang menjadi
kenangan bagi rakyatnya, karena pada masa pemerintahnnya Kerajaan Kediri
berhasil menaklukan Kerajaan Jenggala dan berhasil mencapai puncak kejayaan Kerajaan
Kediri.
e. SARWESWARA (1159-1169)
Raja kelima Kerajaan Kediri
adalah Sri Sarweswara yang disebutkan dalam Prasasti Pandegelan II (1159) dan
Prasasti Kahyunan (1161).
f. ARYESWARA (1169-1180/1181)
Raja keenam Kerajaan Kediri
adalah Sri Aryeswara yang disebutkan dalam Prasasti Meleri (1169) dan Prasasti
Angin Tahun (1171).
g. SRI GANDHRA (1181-1182)
Raja ketujuh Kerajaan Kediri
adalah Sri Gandhra yang disebutkan dalam Prasasti Jaring (1181), masa
pemerintahannya selama kurang lebih satu tahun.
h. KAMESWARA (1182-1194)
Raja kedelapan Kerajaan Kediri
adalah Sri Kameswara yang disebutkan dalam Prasasti Ceker (1182) dan dalam Kakawin
Smaradhana. Dalam Kakawin dikisahkan tentang perkawinan antara Kameswara dengan
Putri Jenggala.
i. KERTAJAYA (1194-1222)
Raja kesembilan sekaligus Raja
terakhir Kerajaan Kediri adalah Kertajaya yang disebut dalam Prasasti
Galunggung (1194), Prasasti Kamulan (1194), Prasasti Palah (1197), Prasasti
Wates Kulon (1205), dan Kakawin Negarakertagama serta Kakawin Pararaton. Dalam Kakawin
dikisahkan tentang perang Ganter saat masa akhir pemerintahan Raja Kertajaya.
j. JAYAKATWANG
(1292-1293)
Jayakatwang juga merupakan
Raja yang berhasil membangun kembali Kerajaan Kediri setelah berhasil
memberontak terhadap Singosari sekaligus membunuh Raja Kertanegara. Namun,
keberhasilannya hanya bertahan setahun akibat serangan menantu Kertanegara dan
pasukan Mongol, sehingga runtuhlah Kerajaan Kediri.
PERKEMBANGAN KEJAYAAN DINASTI KEDIRI
Pada masa pemerintahan Sri Jayabhaya, Kerajaan Kediri
mengalami masa kejayaannya. Wilayah Kerajaan Kediri pada masa pemerintahannya
meliputi seluruh Jawa dan beberapa wilayah/ pulau di Nusantara, bahkan sampai
mengalahkan pengaruh Kerajaan Sriwjaya di Sumatra. Selain itu, menurut kronik
China tahun 1178, bahwa pada masa itu negeri paling kaya selain China secara
berurutan adalah Arab, Jawa, dan Sumatra. Dan di Jawa sendiri, yang dimaksud
itu adalah Kerajaan Panjalu/ Kediri. Pada masa kejayaannya, Kerajaan ini juga
berkembang menjadi Kerajaan maritim yang menguasai perairan timur wilayah
Nusantara. Pada masa pemerintahan Jayabhaya juga Kerajaan Kediri berhasil
menaklukan Kerajaan Jenggala.
KERUNTUHAN DINASTI KEDIRI
Kerajaan Kediri runtuh
pada masa pemerintahan Raja Kertajaya, dan dikisahkan dalam Kitab/ Kakawin
Pararaton dan Negarakertagama. Pada tahun 1222, Raja Kertajaya berselisih
dengan kaum Brahmana. Kaum Brahmana lalu meminta bantuan kepada Ken Arok Raja
dari Kerajaan Singosari. Saat itu Ken Arok juga memiliki cita-cita memerdekakan
Tumapel/ Singosari dari Kerajaan Kediri. Akhirnya pasukan Kediri yang dipimpin
Kertajaya berhasil dihancurkan oleh Ken Arok lewat perang yang terjadi di dekat
desa Ganter, sehingga keadaan pun berbalik dan Kerajaan Kediri menjadi bawahan Singosari.
Saat itu Kediri belum benar-benar runtuh.
Saat Singosari dipimpin Raja
Kertanegara (1268-1292) terjadi pergolakan dalam Kerajaan. Jayakatwang yang
merupakan keturunan Kertajaya saat itu menjadi bupati Gelang-Gelang, yang
selama ini tunduk terhadap Singosari bergabung dengan Bupati Sumenep dari
Madura untuk menjatuhkan Kertanegara. Tahun 1292 Jayakatwang pun memberontak
terhadap Kerajaan Singosari dan membunuh Kertanegara, karena dendam masa lalu
dimana leluhurnya(Kertajaya) dikalahkan Ken Arok. Pemberontakan Jayakatwang
menyebabkan runtuhnya Kerajaan Singosari. Akhirnya pada tahun 1292, Jayakatwang
berhasil membangun kembali Kerajaan Kediri.
Keberhasilan Jayakatwang
membangun kembali Kerajaan Kediri hanya bertahan satu tahun karena ada serangan
gabungan yang dilancarkan pasukan Mongol yang dikirim Kaitsar Kubilai Khan dan
pasukan Raden Wijaya (menantu Kertanegara sekaligus pendiri Majapahit nantinya)
serta pasukan Madura yang dipimpin Arya Wiraraja pada tahun 1293. Dalam
peperangan yang terjadi, pasukan Jayakatwang mudah dikalahkan sehingga
benar-benar berakhir/ runtuhlah Kerajaan Kediri.
PENINGGALAN-PENINGGALAN KERAJAAN KEDIRI
Pada masa Kerajaan Kediri,
seni sastra terutama Jawa Kuno tumbuh dengan pesat, namun isi dari
sastra-sastra yang ada kurang mengungkap keadaan masyarakat pada zamannnya.
Gambaran kehidupan masyarakatnya justru diperoleh dari sumber asing dari China.
Dari Kitab asing diketahui masyarakat Kediri memakai kain sampai lutut, rambut
diurai, rumah-rumah teratur dan bersih, pertanian, dan perdagangan sudah maju,
peraturan berjalan dengan baik, mata uang perak, percaya pada Dewa/ Buddha, dsb.
Selain itu diketahui bahwa Kediri memiliki daerah-daerah taklukan.
Seni sastra mendapat perhatian
besar di masa Kerajaan Kediri. Peninggalan yang utama dari Kerajaan Kediri
adalah di bidang kesusastraan.
Banyak karya sastra yang diciptakan para pujangga
zaman Kediri, antara lain:
1.
Kakawin
Bharatayuddha yang dikerjakan bersama-sama oleh 2 Mpuh, Kitab ini ditulis Mpuh
Sedah dan diselesaikan oleh Mpuh Panuluh di tahun 1157 pada masa pemerintahan Sri
Jayabhaya. Kitab ini berisi kemenangan Pandawa atas Kurawa sebagai kiasan
kemenangan Jayabhaya atas Jenggala.
2.
Kakawin
Hariwangsa dan Kakawin Gatotkacasraya yang ditulis Mpuh Panuluh di masa Sri
Jayabhaya.
3.
Kakawin Smaradahana
yang ditulis Mpuh Dharmaja pada masa pemerintahan Sri Kameswara.
4.
Kakawin
Sumanasantaka yang ditulis Mpuh Monaguna dimasa Kertajaya
5.
Kakawin
Kresnayana ditulis Mpuh Triguna di masa Jayaswara, yang berisi Raja Jayaswara
yang dilambangkan sebagai penjelmaan Dewa Wisnu.
Selain itu peninggalan Kediri juga ada yang berupa
Arca dan Prasasti-Prasasti. Peninggalan Arca seperti Arca Buddha Vajrasattva
dan Arca Syiwa serta patung Airlangga. Peninggalan Prasasti yaitu Prasasti
Pamwatan, Prasasti Sirah Keting, Prasasti Pandegelan I, Prasasti Panumbangan, Prasasti Tangkilan,
Prasasti Hantang, Prasasti Talan,
Prasasti Pandegelan II, Prasasti Kahyunan, Prasasti Meleri, Prasasti Angin
Tahun, Prasasti Jaring, Prasasti Ceker, Prasasti Galunggung, dan Prasasti
Kamulan.
Peninggalan Kediri di bidang pembangunan seperti
bangunan monumental tempat-tempat pemujaan ditemukan antara lain: Candi Gurah,
Candi Tondowongso, dan tempat pemandian Kepung. Semua bangunan itu menunjukkan
ciri Agama Hindu, sehingga dapat disimpulkan bahwa Agama Hindu merupakan Agama
utama yang dianut masyarakat di masa Kerajaan Panjalu/ Kediri.
wih mantab ya sejarah kerajaan kadiri, mari berkunjung ke Resto Keboen Rodjo buat makan
BalasHapus