Minggu, 18 November 2012

DINASTI KEDIRI


DINASTI KEDIRI / PANJALU

        Dinasti Kediri merupakan sebuah Kerajaan besar di Jawa Timur yang berdiri pada abad ke-12 dan masih merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno, karena Kerajaan ini lahir atas pembagian Kerajaan Mataram oleh Raja Airlangga menjadi 2 Kerajaan baru pada tahun 1401.
Pembagian oleh Raja Airlangga itu dilakukan untuk mencegah ataupun menghindari terjadinya perselisihan diantara kedua putranya yang bersaing memperebutkan takhta dan sama-sama berambisi menjadi Raja. Dua Kerajaan yang dibagi oleh Raja Airlangga adalah Dinasti Kediri/ Panjalu yang beribukota di Daha dan Dinasti Jenggala yang beribukota di Kahuripan.

Batas antar dinasti Kediri dan Jenggala ada 2 versi :
-         Versi I, batasnya Gunung Kawi dan Sungai Berantas
1.    Bagian barat merupakan bagian dari Kerajaan Kediri (untuk Samarawijaya)
2.    Bagian timur merupakan bagian dari Kerajaan Jenggala (untuk Mapanji Garasakan)
-         Versi II, batasnya Kali Lamong
1.    Sebelah selatan kali menjadi bagian Kerajaan Kediri
2.    Sebelah utara kali menjadi bagian Kerajaan Jenggala


SEJARAH SINGKAT DINASTI KEDIRI



Dinasti Kediri/ Panjalu diberikan Airlangga kepada putranya yang kedua, Sri Samarawijaya keturunan Dharmawangsa Teguh, sebagai pewaris Kerajaan yang mendapat ibukota lama yang berpusat di kota Dahanapura/ Daha yang berarti kota api.
        Pada awalnya letak Kerajaan Kediri berada di Daha yang terletak di pedalaman dan merupakan Kerajaan agraris. Dalam perkembangannya, ibukota Kerajaan Kediri yang berada di Daha dipindahkan ke wilayah Kediri. Kerajaan Kediri semakin berkembang. Kemudian pusat Kerajaannya di tepi sungai berantas, pada masa itu menjadi jalur pelayaran yang ramai.
Pada masa kejayaannya Kediri berkembang menjadi Kerajaan maritim yang menguasai perairan timur wilayah Nusantara. Dan pada masa kejayaan itu wilayah Kerajaan Kediri meliputi seluruh Jawa dan beberapa pulau di Nusantara, bahkan sampai mengalahkan pengaruh Kerajaan Sriwijaya di Sumatra.


RAJA-RAJA DINASTI KEDIRI

Masa-masa awal Kerajaan Kediri tidak banyak diketahui. Berdasarkan bukti yang sudah ada, hanya memberitahukan adanya perang saudara yang terjadi antara kedua Kerajaan sepeninggal Raja Airlangga.

Berdasarkan sumber-sumber sejarah yang ada, diketahui nama Raja-Raja yang pernah memerintah Kerajaan Kediri, antara lain :

a. SAMARAWIJAYA (1042)

Samarawijaya adalah putra Airlangga. Ia merupakan Raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Kediri, Samarawijaya tidak diketahui dengan pasti berlangsung berapa lama masa pemerintahannya. Kemungkinan Raja Samarawijaya memulai pemerintahannya pada saat pemisahan Kerajaan oleh Airlangga, yaitu sekitar tahun 1042. Tahun itu merupakan tahun yang sama dengan tahun yang tertulis di Prasasti Pamwatan.

b. JAYASWARA (1104-1115)

Raja kedua Kerajaan Kediri adalah Sri Jayawarsa, yang disebut dalam Prasasti Sirah Keting (1104), namun belum dipastikan bahwa ia pengganti langsung Samarawijaya atau bukan. Ia merupakan Raja yang sangat giat memajukan sastra sehingga ia dikenal dengan gelar Sastra Prabu (Raja Sastra). Pada masanya Kresnayana dikarang Mpuh Triguna.

c. BAMESWARA (1115-1135)

Raja ketiga Kerajaan Kediri adalah Sri Bameswara yang disebut dalam Prasasti Pandegelan I (sekitar 1116/ 1117), Prasasti Panumbangan (1120), dan Prasasti Tangkilan (1130).

d. JAYABHAYA (1135-1157)

Raja keempat sekaligus Raja terbesar Kerajaan Kediri adalah Sri Jayabhaya yang disebutkan dalam Prasasti Hantang (1135), Prasasti Talan (1136), dan Kakawin Bharatayuddha (1157). Jayabhaya merupakan Raja yang menjadi kenangan bagi rakyatnya, karena pada masa pemerintahnnya Kerajaan Kediri berhasil menaklukan Kerajaan Jenggala dan berhasil mencapai puncak kejayaan Kerajaan Kediri.

e. SARWESWARA (1159-1169)

       Raja kelima Kerajaan Kediri adalah Sri Sarweswara yang disebutkan dalam Prasasti Pandegelan II (1159) dan Prasasti Kahyunan (1161).

f. ARYESWARA (1169-1180/1181)

       Raja keenam Kerajaan Kediri adalah Sri Aryeswara yang disebutkan dalam Prasasti Meleri (1169) dan Prasasti Angin Tahun (1171).

g. SRI GANDHRA (1181-1182)

        Raja ketujuh Kerajaan Kediri adalah Sri Gandhra yang disebutkan dalam Prasasti Jaring (1181), masa pemerintahannya selama kurang lebih satu tahun.

h. KAMESWARA (1182-1194)

    Raja kedelapan Kerajaan Kediri adalah Sri Kameswara yang disebutkan dalam Prasasti Ceker (1182) dan dalam Kakawin Smaradhana. Dalam Kakawin dikisahkan tentang perkawinan antara Kameswara dengan Putri Jenggala.

i. KERTAJAYA (1194-1222)

       Raja kesembilan sekaligus Raja terakhir Kerajaan Kediri adalah Kertajaya yang disebut dalam Prasasti Galunggung (1194), Prasasti Kamulan (1194), Prasasti Palah (1197), Prasasti Wates Kulon (1205), dan Kakawin Negarakertagama serta Kakawin Pararaton. Dalam Kakawin dikisahkan tentang perang Ganter saat masa akhir pemerintahan Raja Kertajaya.

j. JAYAKATWANG (1292-1293)

       Jayakatwang juga merupakan Raja yang berhasil membangun kembali Kerajaan Kediri setelah berhasil memberontak terhadap Singosari sekaligus membunuh Raja Kertanegara. Namun, keberhasilannya hanya bertahan setahun akibat serangan menantu Kertanegara dan pasukan Mongol, sehingga runtuhlah Kerajaan Kediri.


PERKEMBANGAN KEJAYAAN DINASTI KEDIRI

Pada masa pemerintahan Sri Jayabhaya, Kerajaan Kediri mengalami masa kejayaannya. Wilayah Kerajaan Kediri pada masa pemerintahannya meliputi seluruh Jawa dan beberapa wilayah/ pulau di Nusantara, bahkan sampai mengalahkan pengaruh Kerajaan Sriwjaya di Sumatra. Selain itu, menurut kronik China tahun 1178, bahwa pada masa itu negeri paling kaya selain China secara berurutan adalah Arab, Jawa, dan Sumatra. Dan di Jawa sendiri, yang dimaksud itu adalah Kerajaan Panjalu/ Kediri. Pada masa kejayaannya, Kerajaan ini juga berkembang menjadi Kerajaan maritim yang menguasai perairan timur wilayah Nusantara. Pada masa pemerintahan Jayabhaya juga Kerajaan Kediri berhasil menaklukan Kerajaan Jenggala.


KERUNTUHAN DINASTI KEDIRI

        Kerajaan Kediri runtuh pada masa pemerintahan Raja Kertajaya, dan dikisahkan dalam Kitab/ Kakawin Pararaton dan Negarakertagama. Pada tahun 1222, Raja Kertajaya berselisih dengan kaum Brahmana. Kaum Brahmana lalu meminta bantuan kepada Ken Arok Raja dari Kerajaan Singosari. Saat itu Ken Arok juga memiliki cita-cita memerdekakan Tumapel/ Singosari dari Kerajaan Kediri. Akhirnya pasukan Kediri yang dipimpin Kertajaya berhasil dihancurkan oleh Ken Arok lewat perang yang terjadi di dekat desa Ganter, sehingga keadaan pun berbalik dan Kerajaan Kediri menjadi bawahan Singosari. Saat itu Kediri belum benar-benar runtuh.
        Saat Singosari dipimpin Raja Kertanegara (1268-1292) terjadi pergolakan dalam Kerajaan. Jayakatwang yang merupakan keturunan Kertajaya saat itu menjadi bupati Gelang-Gelang, yang selama ini tunduk terhadap Singosari bergabung dengan Bupati Sumenep dari Madura untuk menjatuhkan Kertanegara. Tahun 1292 Jayakatwang pun memberontak terhadap Kerajaan Singosari dan membunuh Kertanegara, karena dendam masa lalu dimana leluhurnya(Kertajaya) dikalahkan Ken Arok. Pemberontakan Jayakatwang menyebabkan runtuhnya Kerajaan Singosari. Akhirnya pada tahun 1292, Jayakatwang berhasil membangun kembali Kerajaan Kediri.
        Keberhasilan Jayakatwang membangun kembali Kerajaan Kediri hanya bertahan satu tahun karena ada serangan gabungan yang dilancarkan pasukan Mongol yang dikirim Kaitsar Kubilai Khan dan pasukan Raden Wijaya (menantu Kertanegara sekaligus pendiri Majapahit nantinya) serta pasukan Madura yang dipimpin Arya Wiraraja pada tahun 1293. Dalam peperangan yang terjadi, pasukan Jayakatwang mudah dikalahkan sehingga benar-benar berakhir/ runtuhlah Kerajaan Kediri.


PENINGGALAN-PENINGGALAN KERAJAAN KEDIRI

        Pada masa Kerajaan Kediri, seni sastra terutama Jawa Kuno tumbuh dengan pesat, namun isi dari sastra-sastra yang ada kurang mengungkap keadaan masyarakat pada zamannnya. Gambaran kehidupan masyarakatnya justru diperoleh dari sumber asing dari China. Dari Kitab asing diketahui masyarakat Kediri memakai kain sampai lutut, rambut diurai, rumah-rumah teratur dan bersih, pertanian, dan perdagangan sudah maju, peraturan berjalan dengan baik, mata uang perak, percaya pada Dewa/ Buddha, dsb. Selain itu diketahui bahwa Kediri memiliki daerah-daerah taklukan.
        Seni sastra mendapat perhatian besar di masa Kerajaan Kediri. Peninggalan yang utama dari Kerajaan Kediri adalah di bidang kesusastraan.

Banyak karya sastra yang diciptakan para pujangga zaman Kediri, antara lain:
1.           Kakawin Bharatayuddha yang dikerjakan bersama-sama oleh 2 Mpuh, Kitab ini ditulis Mpuh Sedah dan diselesaikan oleh Mpuh Panuluh di tahun 1157 pada masa pemerintahan Sri Jayabhaya. Kitab ini berisi kemenangan Pandawa atas Kurawa sebagai kiasan kemenangan Jayabhaya atas Jenggala.
2.           Kakawin Hariwangsa dan Kakawin Gatotkacasraya yang ditulis Mpuh Panuluh di masa Sri Jayabhaya.
3.           Kakawin Smaradahana yang ditulis Mpuh Dharmaja pada masa pemerintahan Sri Kameswara.
4.           Kakawin Sumanasantaka yang ditulis Mpuh Monaguna dimasa Kertajaya
5.           Kakawin Kresnayana ditulis Mpuh Triguna di masa Jayaswara, yang berisi Raja Jayaswara yang dilambangkan sebagai penjelmaan Dewa Wisnu.
Selain itu peninggalan Kediri juga ada yang berupa Arca dan Prasasti-Prasasti. Peninggalan Arca seperti Arca Buddha Vajrasattva dan Arca Syiwa serta patung Airlangga. Peninggalan Prasasti yaitu Prasasti Pamwatan, Prasasti Sirah Keting, Prasasti Pandegelan I,  Prasasti Panumbangan, Prasasti Tangkilan, Prasasti Hantang,  Prasasti Talan, Prasasti Pandegelan II, Prasasti Kahyunan, Prasasti Meleri, Prasasti Angin Tahun, Prasasti Jaring, Prasasti Ceker, Prasasti Galunggung, dan Prasasti Kamulan.
Peninggalan Kediri di bidang pembangunan seperti bangunan monumental tempat-tempat pemujaan ditemukan antara lain: Candi Gurah, Candi Tondowongso, dan tempat pemandian Kepung. Semua bangunan itu menunjukkan ciri Agama Hindu, sehingga dapat disimpulkan bahwa Agama Hindu merupakan Agama utama yang dianut masyarakat di masa Kerajaan Panjalu/ Kediri.

1 komentar: